Sikap adalah hal penting dalam psikologi
Sikap adalah hal penting dalam
psikologi. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut. Manifestasi sikap
tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu
sebagai tingkah laku yang masih tertutup dan dalam penggunaan praktis, sikap
sering dihadapkan pada rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
Sikap dalam kamus bahasa Inggris,
disebut attitude. Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang
diatur melalui pengalaman, yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya.
Dalam “The Penguin Dictionary of
Psychology” dijelaskan bahwa attitude is some internal affective orientation
that would explain the actions of a person. Bahwa sikap adalah beberapa
orientasi kecenderungan internal, yang menjelaskan tentang perbuatan manusia.
Pandangan itu mengisyaratkan bahwa sikap bukan merupakan suatu tindakan
melainkan merupakan kecenderungan perilaku.
Berdasarkan beberapa pengertian
sikap tersebut, dipahami bahwa sikap adalah kecenderungan bertindak terhadap
rangsangan yang datang dari lingkungan sosial seorang subyek. Kecenderungan itu
dapat bersifat positif yang berupa perilaku menerima obyek maupun negatif yang
berupa perilaku menolak obyek.
Sikap terhadap obyek, gagasan atau
orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan
komponen-komponen kognitif afektif. Perilaku komponen kognitif terdiri dari
kognisi yang dimiliki seseorang mengenai obyek sikap tertentu, fakta,
pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen efektif terdiri dari seluruh
perasaan atau emosi seseorang terhadap obyek, terutama penilaian. Komponen
perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan
untuk bertindak terhadap obyek.
Banyak
sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan
individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada
dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat
atau menghindar, posotitif atau negative terhadap berbagai keadaan sosial,
apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya (Howard dan
Kendler, 1974; Gerungan, 2000).
Gagne
(1974) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state)
yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi,
dan peristiwa. Masih banyak lagi definisi sikap yang lain,
sebenarnya agak berlainan, akan tetapi keragaman pengertian tersebut disebabkan
oleh sudut pandang dari penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati
hampir semua batasan sikap memiliki kesamaan padang, bahwa sikap merupakan
suatu keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam dari manusia. Keadaan
internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan
asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan, sebagaimana pendapat Piaget’s
tentang proses perkembangan kognitif manusia (Wadwortahun, 1971).Para psikolog,
di antaranya Morgan dan King, Howard dan Kendler, Krech, Crutchfield dan
Ballachey, mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan hereditas.
Meskipun
ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial
dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di
lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon
yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
B.
Komponen
Sikap
Secara
umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif,
afektif, dan kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975;Krech dan Ballacy,
1963, Howard dan Kendler 1974, Gerungan, 2000).
1.
Komponen kognit
Aspek
sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek.
Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis,
dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau
diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai-nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya,
pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap
individu.
2.
Komponen afektif
Aspek
ini Dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek,
yang sejalan dengan hasil penilaiannya.
3.
Komponen kecenderungan bertindak
Berkenaan
dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinandan
keinginannya. Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat
positif atau negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang
apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap obyek atau
subyek. Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya.Dari manapun kita
memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu
sistem. Komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu dengan
lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap dan
Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama-
sama membentuk sikap.
Teori – Teori Tentang Sikap
1.
Teori Keseimbangan. Pada teori ini fokusnya terletak pada upaya individu untuk
tetap konsisten dalam bersikap dalam hidup yang melibatkan hubungan-
hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap.Dan dalam bentuk sederhana, ketiga
elemen tersebut dihubungkan dengan :
a) Sikap favorable (baik, suka, positif)
b) Sikap
Unfavorable (buruk, tidak suka, negatif)
2.
Teori Konsistensi kognitif – Afektif. Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana seseorang
berusaha membuat kognisi mereka konsisiten dengan afeksinya dan penilaian
seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya. Sebagai
contoh: Tidak jadi makan direstoran X karena temannya bilang bahwa
restoran tersebut tidak halal padahal di belum pernah kesana
3.
Teori Ketidaksesuaian. Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana
individu menyelataskan elemen – elemen kognisi, pemikiran atau struktur
(Konsonansi selaras) dan disonasi atau kesetimbangan yaitu pikiran yang amat
menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya.dimana terdapat 2 elemen
kognitif dimana disonasi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga
menganggu logika dan penghargaan. Sebagai contoh Misalnya: ”Merokok
membahayakan kesehatan” konsonansi dengan ”saya tidak merokok”; tetapi
disonansi dengan ”perokok”.
4.
Teori Atribusi . Pada teori ini fokusnya terletak paad bagaimana individu
mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan sendiri dan persepsinya
tentang situasi. Implikasinya adalah perubhan perilaku yang dilakukan
seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah
berubah. Sebagai contoh memasak setiap kesempatan baru sadar kalu
dirinya suka menyukai/ hobi memasak.
E.
Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Proses
belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional.
2. Kebudayaan. B.F.
Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain
daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki.
3. Orang lain yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4. Media mass. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti
televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5.
Institusi
Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi
pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Sikap demikian bersifat sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap
yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari
oleh faktor emosional adalah prasangka.
Post a Comment